Rabu, 01 April 2009

"When We Stand Alone"

anak itu hancur lebur, tanpa nama
sang ibu termangu memangku tangan dan kaki
seraya menutupi robekan burqa hitamnya
sehitam langit siang itu
diantara suara-suara saling balas
ditengah debu siang hari

anak itu merengek gelisah
dalam pelukan lemah dan gemetar
kemudian menghilang perlahan terkulai
terjepit diantara tembok kamar dan dapur
dan ayah yang bersimbah darah mereka

dia berlari gagah berani
menantang apapun yang mengancam
menggenggam erat pecahan gunung sinai diantara jemari
seraya menyerukan lafal luar kepala
lantunan doa dan syukur
mengharap setitik lagi keberanian
sebelum dia kembali

inilah iman, saudara
inilah taruhan terbesar
inilah yang kau sebut keindahan terhebat
menuju satu yang utama
dalam wangi dan lantunan merdu
saat raga menyentuh tanah
jiwa mencapai langit tertinggi

tidak ada kata menyerah
kecanggihan bukanlah tandingan tradisi
batumu adalah surgamu
tongkatmu adalah malaikatmu
saat waktu itu tiba
menjemput dalam arif dan damai
hanya Dia satu yang menyambut
saat kau kembali pulang
sendiri.......



_Mira_

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Bila anda ingin menanggapi posting ini, silahkan tuliskan komentar anda di sini.

Bagi rekan-rekan mahasiswa fakultas sastra Unand yang berminat mempublikasikan tulisannya di Blog Cermin Comunity, silahkan kirimkan naskah rekan-rekan ke cermincommunity@plasa.com
atau cermin_community@yahoo.com

Salam Hangat.