Tampilkan postingan dengan label tomi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tomi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 08 Agustus 2009

"Serambi Rumahku"

Sinar pagi menyapa dedaunan
Rerumputan menjalar merangkak
Tersandung di kerasnya pembatas
Dibalik pasir menggunung

Angin merambat, menyentuh setiap daun pada batang
Senada nyanyian alam yang berkicau menyahut matahari
Sehabis bulan menampakan diri
Ditengah dingin menyelimuti padang

Serambi rumahku kembali menyapa
Penat sesak hilang
Bersatu bersama harmoni alam
Membangunkan setiap asa.



_Tomi_

"Kamar Penyendiri"

Terbatas di dinginnya dinding
Menguning disetiap sisi
Laba-laba mengikat sarangnya
Rayap mengikis
Seperti labirin, terjebak

Kesendirian mengunci
Memapah sayap-sayap sunyi
Bersandar
Diselimuti debu-debu usang
Mengenal batas langkah
Rebah pasrah memperkosa akal



_Tomi_

"Debu"

Aku berasal dari kumpulan-kumpulan debu mengendap
Mengambang diantara hitamnya pekat
Lepas ditiup kebohongan
Menjelma,

Pernah terperangkap api
Membara menyelimuti hati
Gubuk reot bertahan diri
Rubuh bersama hari

Sampaikan salam ku kepada matahari
Debu ini beranjak pergi.



_ToMi_

Rabu, 06 Mei 2009

"Perawan"

Gadis perawan berbaju merah
Surga kau bawa di kakimu
Langit diatas berawan putih
Melihat rasa dalam hatimu

Rumah kau adalah surga
Menapaki titian dunia
Berat aral di depan mata
Namun hati adalah raja

Sore menitipkan senjanya
Dibawah awan merah
Cukupkan mata untuk merasa
Kita tak lagi bersama

Lupa akan janji
Gadis perawan berbaju merah
Merah merona hilang sekejap
Ganti akal merasuki jiwa
Tak akan ada yang tertinggal

-Tomi-

"Subuh"

Luapan emosi pagi mencerahkan hati
Ku asingkan diri di kelam redup subuh
Tersandar dalam bara merah warna
Hunuskan pedang berdarah hati

Hingga saat jumpa
Lelap ku pejamkan rasa
Awan berarak menjauhi masa
Lupa akan langit yang berbintang
Diiring sepoi asa berhembus

Coba kau resapi makna hidup
Jauh dari akal dan sadar
Cukupkan hati
Tersadar akan langit yang mulai gelap

Tumpuan putaran tak lagi kuat
Hilang kendali alam
Jujur aku mengatakan
Bahwa ini adalah waktu yang telah berhenti

Kupas dalam waktu yang berlalu
Irisi kulit tipis menyayat
Jejak itu akan terlihat
Hilang hati hilanglah bumi.

-Tomi-

Rabu, 29 April 2009

Negeri Kemunafikan

Ketika wahana angkasa membaur bersama alam, tak pelak surya bersinar menggengam pertiwi yang yakin akan aroma indahnya paparan hutan hijau berselimutkan udara tipis melukis awan beserta anginnya.

Ketika semua hampa tanpa ada sekat yang memisahkan gulungan-gulungan perkamen rahasia, kemudian bercampur dengan hiruk pikuk kebingaran serta keganasan waktu memakan hierarki kehidupan. Sisi-sisi itu kemudian di lepas menerawang jalan kelam tak bercahaya sampai pada batas dimana semuanya tak ada lagi sekat, semuanya sama…..

Berkaca sebelumnya, cermin lah tempat memantulkan kejujuran paras kenistaan, mata, telinga serta hidung. Ketika itu semua indra menjadi bisu kecuali satu… Perasaan, yang coba menipu semuanya dengan segala tindakan yang mencoba menafikkan ukuran kebenaran yang ada. Mata boleh saja tak melihat tapi bisa berbicara dalam keheningan. Telinga bisa saja tak mendengar, tapi mungkin saja melihat kenistaan. Hah...! hidung pun tahu ketika bau-bau dusta mulai merambat dari sisi terbawah menjulang keatas hingga semuanya berada di jurang-jurang kemunafikan.

Hentikan saja semua ini, sebelum sebuah wadah tak mampu lagi menampung semuanya… yah, kemunafikan hadir dalam sebuah pemikiran. Ingat saja semua ada batasnya, sehingga kita tak perlu lagi menjilati semua peluh yang mulai bercucuran hingga peluh pun berganti darah.

Negeri angan-angan pun yang berasal dari buah bibir kemunafikan pasti sirna. Ingat… kita ini sudah sakit, seharusnya kita berada dalam ruang yang steril, yah setidaknya kita bisa berada jauh dari semua kebablasan ini. Jangan malah membuat semuanya seperti lukisan abstrak yang semuanya tergantung dari masing-masing interpretasi pikiran individual, yang hanya ingat ketika dirinya tertusuk duri, lalu membuang duri tersebut tanpa memperingatkan saudaranya keberadaan duri tersebut.

Ocehan ini tak mampu membuat sebuah dunia menjadi bulat, namun jika saja suara-suara terdengar lantang, maka tempatku berpijak pun tak akan ada jejak untuk kau ikuti.



-Tomi A-