Menulis Benak
Berawal disebuah lorong yang remang waktu senja kala pertama ku melihatnya
Lorong dengan pilar bernoda titik darah disetiap penjurunya
Lorong yang kata mereka terdapat dunia dan perihal di halaman depannya
Di langit-langitnya menggantung sejuta pertanyaan hari esok
Lorong penuh debu yang dideru seribu argumen-argumen rancu
Mengguncang keyakinan yang sudah terpaku
Kenapa baru setelah hampir dua puluh tahun tanpa segan menghampiriku
Memepertanyakan diriku, dirimu dan mereka sering bisu
Aku,,, aku melihat jejak disela debu-debu
Agaknya sudah cukup lamanya ia menempel disana
Jejek orang-orang yang di seret oleh waktu
Jejak mereka yang menodai pilar itu dengan darahnya
Jejek para pendahuluku
Mereka yang ditimbuni pertanyaan yang sama dengan ku
Mereka yang benaknya parises dan siap pecah kapan saja
Jejak-jejak mereka itu yang membuatku gentar
Lebih dari satu tahun menapaki lorong itu
Berjalan degan kepala tunduk dan alur yang sama
Kini benakku hampir sama dengan benak mereka
Hanya saja aku masih tertinggal dan terus membenakinya
Dengan “Cermin” mencoba membiaskan adanya apa
4 komentar:
terus menulis..salam!
keep going...
aku ingin memiliki bakat sepertimu :)
Salam..
Pinyu..semangat ya..
kita sebagai generasi penerus bgs harus tetap berjuang untuk memajukan kecerdasan bangsa
hohoho......
'bersama' kawan2 cermin,, pasti bisa!!!!
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Bila anda ingin menanggapi posting ini, silahkan tuliskan komentar anda di sini.
Bagi rekan-rekan mahasiswa fakultas sastra Unand yang berminat mempublikasikan tulisannya di Blog Cermin Comunity, silahkan kirimkan naskah rekan-rekan ke cermincommunity@plasa.com
atau cermin_community@yahoo.com
Salam Hangat.