Sabtu, 10 Januari 2009

Ternyata Tua Tidak Selalu Baik

Hari ini pertempuran – entah yang keberapa kali aku alami – terjadi. Pagi-pagi aku dibangunkan oleh suara menyebalkan ibuku yang berteriak tentang aku yang tidak mau berajak dari tempat tidur dan masih bergulug dalam balutan selimut. Ia memaksaku untuk membangun dan membantunya menyuci piring. Yah..hanya untuk menyuci piring ia membangunkan seluruh orang yang sedang terlelap di sekitar perumahanku. Orang tuaku, meyakinkan aku kalau tua itu bukanlah sebuah ukuran untuk tidak melakukan kesalahan.



Kemaren, aku bertemu dengan seorang perempuan yang lebih tua dariku beberapa tahun. Aku tidak begitu mengenalinya, tapi aku yakini ia adalah teman dari seorang temanku yang cukup baik aku kenal. Dari atas bus aku tersenyum padanya melalui jendela yang terbuka cukup. Ia sedang berbicara pada temannya dan tiba-tiba tersentak karena mendapati aku tersenyum padanya. Ia tidak ingat padaku dan membalas senyumanku dengan tatapan aneh, karena ada seseorang yang tersenyum padanya. Perempuan itu, memantapkan hatiku bahwa menjadi dewasa kita tidak selalu bisa menghargai perbuatan seseorang.



Dahulu, saat aku masih menyukai Barbie, aku menganggap bahwa saat aku beranjak dewasa nanti aku akan menjadi lebih baik dari saat aku kecil. Aku tidak akan takut lagi pada gelap, aku tidak takut lagi saat harus berada dirumah, saat dewasa nanti aku pasti akan bisa mengerjakan apa saja. Tapi, setelah aku memiliki KTP, aku bertemu dengan teman-teman sebayaku yang masih takut pada gelap, takut saat berada sendirian di ruangan kosong, dan tidak mampu mengerjakan apa-pa yang sepatutnya dapat mereka kerjakan. Teman-temanku membuat aku percaya bahwa orang yang sudah tidak kecil lagi memiliki kelemahan dan kebodohan yang lebih parah.



Waktu aku yang berusia tujuh tahun, iri melihat abangku yang berusia sepuluh tahun. Saat aku mengenakan seragam TK Cendrawasih, aku iri melihat saudara laki-lakiku mengenakan serangam yang berbawahan merah berlambang Katika Candrakirana. Ketika adik sepupu dari ayahku sesekali berkunjung ke rumah, aku iri karena ia bercerita bahwa ia baru bisa mampir ke rumahku karena selama ini ia sibuk dengan kuliahnya. Saat itu aku ingin seperti mereka, berusia lebih tua. Setelah aku berada diujung usia belasan aku ingin kembali mengulang usiaku sebelum sepuluh tahun, mengenakan pakaian berbawahan merah tidak lagi aku inginkan, kesibukan kuliah dengan sangat ingin aku hindari. Sekarang aku merasa bahwa menjadi tua itu tidak selalu baik untuk diriku.(Audrey)


3 komentar:

cermincommunity mengatakan...

salam

an99a mengatakan...

saia juga merasakan sakitnya keinginan untuk kembali menjadi "daddy's little girl".....

Hadi M Zaf mengatakan...

OK...

Tua ataupun Muda hanya masalah usia, matang atau tidak tergantung siapa yang lebih jauh berjalan.

Tetap "bercermin" ya... :)

Best regards

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Bila anda ingin menanggapi posting ini, silahkan tuliskan komentar anda di sini.

Bagi rekan-rekan mahasiswa fakultas sastra Unand yang berminat mempublikasikan tulisannya di Blog Cermin Comunity, silahkan kirimkan naskah rekan-rekan ke cermincommunity@plasa.com
atau cermin_community@yahoo.com

Salam Hangat.