Senin, 16 Februari 2009

HOMESICK

Bergantian wajah-wajah yang begitu lekat dihatiku, menyapa dan memanggil..manja?? O tidak! Aku bahkan samasekali bukan seseorang yang senantiasa dipanggil dengan embel-embel “…sayang”! Tapi aku…ya begitulah adanya hidupku! Tapi lagi niihh,, mereka sayaaang banget sama aku dan aku sayaaang banget sama mereka. That’s enough..bahkan kata itupun takkan lagi mampu mewakili perasaan yang ada dan tercipta begitu erat..aku tau, dan semuanya lebih dari apapun! Aku tak pernah merindukan tempat untuk pulang dan bersandar selain rinduku kepada mereka. Selain inginku untuk selalu berkumpul bersama-sama keluargaku tercinta…selain berada disini, dirumahku…
Aku mendengar dari dalam kamar,, Bunda sedang memasak pagi itu, di dapur yang lumayan sumpek dan sederhana banget. Aku tau, sebaiknya sekarang bangun dan bantuin, tapi entah kenapa kepalaku rasanya berat sekali. Tiga kali sudah aku mencoba bangkit, tapi akhirnya tergolek lagi.
“ ya Rabbi, aku ga’ mau jadi pemalas”, rintihku . Sedikit oleng saat aku berdiri dan mencari pegangan di dinding triplek yang juga ikut bergoyang ketika kujadikan sandaran,, kepayahan yang begitu benci untuk kuakui.
“ kenapa? sakit kepala lagi?!”, Bunda melirikku yang berdiri di pintu dapur. “ entah sakit kepala apa namanya itu, ndak sembuh-sembuh!” Kuabaikan omelan Bunda. Baru saja aku mau melangkah, namun tiba-tiba.. daun pintu tempatku bersandar ambruk seketika dan semua bergoyang, terjadi dalam waktu yang begitu cepat..tanpa aku sempat berbuat apa-apa..
Aku terbangun dalam gugu tertahan, hatiku menciut, jiwaku resah..aku demam tinggi. Tak ada siapa-siapa disampingku. Kos-an lengang, teman-teman pada pulang kampung dan dikamar sepi ini,, aku sendiri. Aku menangis dalam diam…


***

Aku melayang entah dimana, dan semua terasa begitu ringan. Pikiranku, sakit kepalaku-pun tiba-tiba hilang. Aku melangkah pelan-pelan, tapi tetap saja tanpa teman, sendiri dan sunyi…
Aku sedang menuruni beberapa anak tangga, bewarna putih dan mengkilat, rasanya licin sekali. Antara ragu dan ingin, aku terus menuruni anak tangga itu, hingga hampir berakhir. Aku tau aku pasti bisa, hingga didua anak tangga terbawah, aku tersenyum untuk itu. Namun baru saja aku menginjakkan kaki dianak tangga terakhir, semuanya tiba-tiba bergoyang, anak tangga itu benar-benar licin, aku terpeleset..terjadi begitu saja, sangat cepat dan aku tak sempat untuk berbuat apa-apa.

***

Aku kembali terbangun dalam gugu tertahan, nafasku sesak dan semua serasa diputar ulang dihadapanku. Mimpi mengerikan itu datang dan terus datang. Aku selalu saja jatuh dan terjatuh tanpa bisa berbuat apa-apa.
Disini masih lengang,,,
Aku berkurung dikamar yang sepi, tak ingin bertemu siapa-siapa dan tak ingin bicara apa-apa. Aku benar-benar ingin menyatukan sepi ini dengan kesepian yang nyata.
Kos-ku masih lengang,,,
Aku tergolek lemah diatas tempat tidur, jauh dari nyaman. Kepalaku berdenyut, sakit yang tak tertahan dan tetap tak meringan jua. Pikirku mengembara kemana-mana…

***

Seorang gadis kecil dan kurus sedang bermain-main dengan teman-temannya, di sebuah perkampungan, dikelilingi lereng- lereng bukit, begitu asri dan indah… wajah mungil-terbungkus rambut lurus sebahu dan poni sebatas alis- itu cenderung diam dan menyendiri, dia lebih senang memperhatikan sekitarnya.
Bayangannya kini berganti dengan gadis berambut lurus tipis sepinggang. Dia sedang berkutat dengan buku-buku bacaan dan tugas sekolahnya. Duduk ditengah padang rumput luas tempat kerbau-kerbau gembalaan merumput. Suasana yang tenang dan menenangkan. 5 tahun belakangan ini , dia selalu mengantongi juara I di SD tempat ia bersekolah. Beberapa orang kakak kelas berusaha merebut hatinya..”ah, cinta monyet yang benar-benar lumrah dan naif”..
Kini, gadis itu mulai remaja dan hm,, dia berkerudung dengan seragam putih biru yang panjang. Punya kebiasaan membawa-bawa diary dan senang menulis puisi. Bahkan diberi tanggung jawab untuk mengelola mading sekolahnya. Ia masih tetap mengantongi juara I-nya, meski kini banyak yang memandang iri padanya. Sudah hukum alam!! ”kesuksesan kita tak selamanya kebanggaan orang lain”, hibur seorang guru yang penuh perhatian. Gadis itu selalu tersenyum riang, akrab dengan guru-guru dan… yach, diincar oleh gank cowok- cowok keren di sekolahnya. Namun gadis itu bersahaja dengan kesendiriannya, meski kini tak lagi pemalu, tapi soal hati dia lebih cendrung tertutup..
Gadis itu sekarang lebih sering luruh disajadah dingin dan beku, disetiap penghujung shalatnya. Sepinya, sendirinya, pemikirannya hanya Dia yang tau, hanya Dia yang mengerti, karena gadis itu tak sanggup berucap apa-apa, diam dalam derai tangis dan tawanya..
Pun dalam diam,, dia tergugu diam-diam,menggigil diam-diam…tak ada yang tau kalau senyumnya palsu, kalau tawanya sandiwara, tak ada!! karena dia tak ingin, dia tak bisa…dia tak ingin disanjung karena dia takut menjadi sombong karenanya, dia tak ingin direndahkan karena dia bertahan untuk dirinya sendiri dengan kesendiriannya…
Buatnya, getir tak musti diobral,,,dukanya tak musti disebar,,,karena dia hanya ingin dimengerti bukan dikasihani…




"Chatrine"

1 komentar:

odong-odong 2 mengatakan...

i just wanna say..

your writing is good..

one thing that you have to know..

when you miss your family,

u can tell it to me..

u can cry on my shoulders..

u can share everything that you feel..

hmmm....just stand up for life key!!

^,^

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung. Bila anda ingin menanggapi posting ini, silahkan tuliskan komentar anda di sini.

Bagi rekan-rekan mahasiswa fakultas sastra Unand yang berminat mempublikasikan tulisannya di Blog Cermin Comunity, silahkan kirimkan naskah rekan-rekan ke cermincommunity@plasa.com
atau cermin_community@yahoo.com

Salam Hangat.