DONGENG CINTA
Cuma kau. Aku
Selebihnya kekalahan, selebihnya
Dongeng tentang sakit yang tak selesai
Yang terus kita ulang dari halaman berbeda
Dongeng tentang usia
Cuma kau. Aku
Dan kekosongan di antaranya
kita anggap sebagai cinta
Juga kebohongan-kebohongan kecil
Yang selalu kita duga-duga
Mengalir serupa sungai
:cinta kah muara?
JALAN TIK TAK JAM
Aku berjalan
Tiktak jam sembunyi dalam hujan, pada gigil hutan-hutan
Kali-kali simpan dingin pagi
Aku kehilangan mantel, juga catatan
Dan tak bisa lari dari angka-angka kalender
Kau tak akan datang di satu
pagi yang sibuk itu
dan cuaca yang manja dan aroma bunga plastik
Dari sisa cinta yang kau copot dari tiap celana
Anak anak, meja tulis, hutan tropis, spidol berbau amis
cinta dan bait-bait
sebentuk kesangsian akan berangkat
November 2008
SITUJUH
Bukan senja yang bikin kelam,
Kampungmu kian jauh dilamun kabut
Di jalan-jalan tumbuhi lumut
Aku tahu, kita tak akan menemukan telaga di atas sana
Di puncak batas
Kematian bergeming dalam rupa yang lain
1999
hujan menghempas di luar
angin patahkan cahaya jalan
lampu kehilangan gelap,
dan orang kembali ke rumah batu mencairkan dingin jadi keringat
aku tahu kapan harus berangkat,
SONET PENGHABISAN
I
Kita akan berpisah di ujung jalan itu, ella
Kau, aku telah melewati taman penuh bunga di tikungan yang sama
Pada kelok jalan yang belum penuh
Kau memilih simpang,
dan lorong cahaya yang panjang
adakah kesiur angin sampai ke sana?
Aku antara gelap gang
catatan keberangkatan, kalimat-kalimat kabur
:kesepian yang tak kunjung tuntas itu
Serupa batukmu yang tak berkesudahan digerogoti mimpi
tentang rumah kecil serupa sorga
di kaki bukit sana.
II
Bukankah bunga dan kupu-kupu telah hinggap
bersemayam di tubuhmu, ella
menjelma warna biru malam-malam lesap
kesunyian tergantikan mozard
diam-diam kita renangi musim
daun-daun gugur dari tangkai,
benang sari yang berlepasan,
serupa gugur hujan pengujung tahun yang terkubur kesunyian
Setelahnya kita sibuk dengan cerita tentang sorga
yang tak pernah dijaga tentara.
F.M.Faiz the lost prophet