Mereka yang berangkat ke alam terbuka bukan untuk berwisata, adalah mereka yang mencari tempat lain untuk belajar, berpikir dan berkarya. Sebuah tempat yang tak ditumbuhi gedung-gedung dingin, yang tak ada whiteboard, tak ada khutbah, tak ada nilai-nilai yang kaku.
Sesaat, tubuh-tubuh mereka mengeliat seperti ada yang memberontak dari dalam, dari sesuatu yang bukan tubuh. Wajah mereka berubah-ubah dari sedih hingga muram dan masam. Kemudian mereka menulis tentang sesuatu yang entah, sesuatu yang mungkin saja belum pernah ada, sesuatu yang barangkali belum terlihat oleh mata, sesuatu yang mungkin telah berulang kali dilakukan sehari-hari, atau sesuatu yang mungkin telah hilang dari dalam diri sendiri. Tapi bukan sesuatu yang nihil.
Literary Basic Training III yang diadakan Jurusan Sastra Inggris Universitas Andalas dari tanggal 24-26 April 2008 di Asam Pulau kecamatan 2X11 Kayutanam merupakan satu usaha untuk menanamkan nilai-nilai kesusasteraan, nilai-nilai yang mungkin beranjak dari kebebasan berpikir, kebebasan berpendapat yang menurut beberapa peserta, tidak didapat di gedung-gedung kuliah.
Di lapangan luas yang diapit sungai itu mereka mendirikan tenda-tenda dan belajar tentang dua hal: kepenulisan dan keaktoran. Dalam kepenulisan, mereka dibimbing untuk menulis imaginative, menulis kreatif, dan beberapa hal lainnya seperti pengenalan puisi dan drama, kemudian melakonkannya pada sebuah panggung tanah.
Menulis kreatif, menulis imaginative, dimasukkan dalam agenda pelatihan itu sebagai upaya untuk memudahkan peserta untuk menulis. Sebab di gedung kuliah dan kurikulum hanya mengajarkan bagaimana menulis esai dan menulis akademik. Sample Image Beberapa bulan lalu, Diana Frost, seorang dosen yang menetap di Indonesia sejak tahun 70-an berasal dari Scotland pernah terkejut mendengar tidak adanya mata kuliah kepenulisan kreatif di Sastra Inggris UNAND, “Saya merasa aneh dengan pendidikan kalian, apa sebenarnya yang kalian pelajari sebetulnya…” Betapa sebuah jurusan sastra yang belum bisa menghargai imajinasi.
Lebih dari seratus mahasiswa semester dua sastra Inggris UNAND ini didampingi oleh beberapa sastrawan muda Sumatera Barat sebagai pemateri: Esha Tegar Putra, Pinto Anugrah, Romi Zarman, Sayyid Madani, Eka Satiawan dan esais koran Elsya Crownia, serta beberapa pekerja teater kampus lainnya, seperti dari teater Rumahteduh dan Cermincommunity di Fakultas Sastra dan beberapa dosen sastra.
Sedang untuk keaktoran—karena di Sastra Inggris UNAND ada mata kuliah Drama—beranjak dari hal-hal kecil dalam diri seperti keinginan, bingung, sedih dan sebagainya. Mungkin teater tidak lagi berasal dari kata teatron melainkan dari kata play, yaitu bermain, sebab segala keseriusan akan muncul dari bermain. Selama tiga hari ‘bermain’ di Literary Basic Training, lebih dari seratus peserta itu diberangkatkan pulang—tidak terasa, kata mereka. Mereka pulang dengan wajah memerah, karena tersengat matahari. Di atas mobil, mereka mempergunjingkan apa yang mereka ikuti selama tiga hari belakangan.
Semula program ini disebut KBM atau kemah bakti mahasiswa, tapi karena kebijakan akademik yang menganggap KBM hanyalah tempat ploncoan dan ajang pesakitan mahasiswa baru, warisan kolonial dan segala macam, kegiatan ini diubah jadi kegiatan yang berguna dan mengisi kekosongan-kekosongan yang barangkali tidak tertera di kalender pendidikan: kuliah lapangan. Fakutas lain tentunya bisa melirik hal ini sebagai kuliah lapangan. Kuliah yang tidak mengungkung dan mendikte, melainkan kuliah yang menyegarkan.(***)
*Fatris Mohammad Faiz
Sumber: Minggu, 03 Mei 2009
http://www.padangekspres.co.id/content/view/35767/1/
15 komentar:
sebetulnya kuliah ini hanya pura-pura menyegarkan saja. yang lebih menyegarkan adalah RESPONSI. karena diadakan di mesjid, dan dibimbing oleh banyak mentor.
sekesar isu: LBT yang ketiga adalah LBT yang penghabisan. sebab tahun esok akan diganti dengan hal yang baru. semoga hal yang baru itu terlaksana, dan LBT berakhir di tahun 2009 ini. AMIN!!!
Memang benar, LBT kemaren adalah LBT terakhir, karena LBT selanjutnya akan jauh berbeda dengan sebelumnya, jauh lebih baik..amien..
betul sekali kalau kuliah yang menyegarkan adalah responsi,, sambil menikmati semilir angin mesjid yang sejuk, atau berkelompok dibawah rimbunan pohon dengan suplai oksigen dan air wudhu yang membasuh semua gerah dan penat saat waktu shalat masuk.. dibandingkan gedung F2.5 yang lapang tapi sumpek dan membosankan!
hidup responsi!!!
hore,,, LBT berakhir,
kita ganti dengan duduk di mesjid sambil ngobrol dengan para mentor..
ha.ha.ha.
haha.. kok gak pernah liat pinyu di masjid ya?
Hi, interesting post. I have been thinking about this topic,so thanks for writing. I will certainly be coming back to your site. Keep up the good work
memang LBT terakhir, adakah konsep baru yang dapat mencerahkan dan menyegarkan otak kita.
indoor dan outdoor juga boleh. Sayangnya, saya dapat murid yang bandel dengan meyenk sampai melatih mereka berkali2.
Para alumni kecewa, sebab mereka tidak dapat menyaksikan pertunjukan drama pada malam hari. pemateri kecewa dan marah akibat panitia kurang profesional dan tidak punya konsep yang jelas. Panitia malah seenaknya tiduran, kita pemateri kelaparan
Emang iya LBT tak da lagi taun depan, gantinya apa donk?
klo bisa lebih baik dari LBT bolehlah, tapi kalo tidak, mending tak usah sama sekali. Mending duit buat ikut LBT buat raun-raun ajah!
iya,, emang taun depan gak ada LBT,, tapi pasti kegiatan yang lebih besar manfaat.. tapi kalo dilihat dari komentar selly,, kayaknya selly merasakan ketidakpuasan mengenai LBT. memang ada beberapa hal yang bikin LBT jadi tidak menyenangkan,, tapi dalam konteks peserta nggak menikmati dan mengfikuti alurnya.. apalagi jika ada unsur keterpaksaan... jadinya seakan2 LBT adalah sebuah kegiatan yang buang2 energi dan duit... intinya adalah,, apapun bentuknya kegiatan itu akan menyenangkan jika yang ikut serta didalamnya memaknai benar2 manfaat dan efek jangka panjangnya.... nah kalaupun raun-raun,, kalo saia mikirnya bikin capek dan ngabisin duit buat oleh-oleh dan biaya perjalanan toh akhirnya saia juga nggak akan menikmati acara yang seharusnya fun itu...
asslamualaikum warah matullahi wabarakatuh...
amma ba' du.
pertama, kita sersyukur kepada tuhan yang telah menggerakkan hati menusia untuk berkesenian.
ke-2 berterimakasih kepada Muhammad SAW yang tidak pernah melarang umatnya berkesenian
KE-3 berterimakasih kepada bapak Kasat Reskrim yang rela tidak menangkap orang-orang di kesnian
KE-4 kepada bapak dan ibu guru kami di SD Impres 08 yang tidak pernah melarang kami pacaran sesama jenis
KE-5 semoga FPI punya tim "MUJAHIT SENI"
demikianlah dari saya, semoga dapat menjadi amal ibadah bagi kita semua
amin ya rabbal alamiiiinnnn (panjang N nyo)
asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh....
buat elsya
saya cuma mau menyorot kata terakhir dari paragraf panjang tersebut :
KELAPARAN ?
apakah anda yakin itu benar2 sebuah kata yang tepat?
-sebuah pengantar-
KELAPARAN.....
kedengarannya emang sadis,, kayak korban perang negara-negara dunia ke tiga. tapi kalau saja waktu itu gak ada warung mungkin emang kelaparan yang dirasakan sama pemateri LBT. itu juga yang menjadi sedikit dari banyaknya masalah dalam LBT 2009.. nggak usah dikomentari,, udah jadi rahasia umum kok..
jadi.......... apakah para pemateri memang tidak dapat konsumsi dan snack SAMA SEKALI ?walau itu cuma sebungkus nasi, sepotong kue atau segelas kopi sehingga para pemateri perlu ke warung, atau lebih jauh lagi memilih kata KELAPARAN....
KALO BEGITU PANITIA MEMANG MANUSIA TEGA !!
atau mungkin....
sepotong kue, sebungkus nasi, dan segelas kopi yang disediakan panitia itu belum memenuhi standar kelayakan pemateri?
sedikit catatan buat panitia :
tolong diperhatikan JUMLAH PEMATERI dengan JJATAH KONSUMSI sehingga PEMATERI tidak lagi KELAPARAN sementara kalian TIDUR...
-ini bukan komentar-
hmm,, sebenarnya inti keluhan kawan-kawan (harap dicatat : tidak hanya pemateri,, tapi semua senior yang datang ke lapangan) hanyalah ketidak sigapan panitia untuk menghandle kebutuhan yang vital satu itu. telat makan untuk kegiatan seberat itu bukan sesuatu yang bisa ditoleransi,, apalagi berkali-kali.. pepatah bilang "namuah bacakak jo kawan untuak paruik"
jadi bukannya tidak menghargai panitia. malahan bisa dibilang suguhannya mewah! ada roti sebagai teman kopi untuk sarapan pagi,, snack dan aqua gelas sekali setiap sesi.. mewah banget tuh! jadi nggak usah sarkastik gitu lah..
ok, saya klarifikasi kembali kepada seluruh mahasiswa yang akan menjadi panitia. Memang, untuk mengangkat sebuah acara membutuhkan konsep yang matang.
kenapa?sebuah acara seperti LBT terkadang tidak sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan. Makanya, untuk memperkuat tali persaudaraan di fakultas sastra, khususnya sastra inggris memang tidak mudah. butuh komunikasi dan koordinasi yang bagus antara panitia, dengan dosen, dan pemateri. karena sebuah tim membutuhkan kekompakan bukan individualis. seperti yang terjadi pada LBT 2009, menurut saya itu sadis "afgan."
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Bila anda ingin menanggapi posting ini, silahkan tuliskan komentar anda di sini.
Bagi rekan-rekan mahasiswa fakultas sastra Unand yang berminat mempublikasikan tulisannya di Blog Cermin Comunity, silahkan kirimkan naskah rekan-rekan ke cermincommunity@plasa.com
atau cermin_community@yahoo.com
Salam Hangat.