Jumat, 30 April 2010

Aku dalam Dimensi Terbalik


Oleh Thiska Septa Maiza


Sebelumnya dipublikasikan pada

Jumat, 29 January 2010, 14:23


Kau adalah aku yang selalu merasa hidupmu adalah aku
Aku adalah aku yang selalu merasa hidupku adalah kau

Terkadang kau mengira hidupmu itu t’lah hilang
Kemudian aku menemukannya terpuruk dalam keranjang sampah
Tapi kemudian aku tahu itu aku
Bukan kau!!

Terkadang kau ingin beradu bertemu maut
Di ujung bumi kau menantangnya bertemu
Tapi kemudian aku sadar itu aku
Bukan kau!

Terkadang kau seperti bayi berumur satu
Menangis meraung tak tentu malu
Tapi aku tahu itu aku
Bukan kau!

Terkadang kau layaknya aku
Atau mungkin aku yang meniru kau

Lho?
Kau bukannya aku?
Lalu aku ini apa?



Catatan:

Tulisan ini telah mengalami proses editing oleh admin Cermin Community, dengan persetujuan penulis aslinya. Untuk melihat versi awal dari tulisan ini, silahkan kunjungi laman ini.

Rabu, 21 April 2010

Waktu ke sepuluh

Oleh Ramadhani

Detik-detik bergulir
hingga merambat pada hitungan masa
dalam masa itu bergelut hujan, terik dan ribuan kerikil
tempaannya melebutkan segala sesuatunya
tetapi tidak dengan cinta diantaranya itu
cinta yang menjadi belenggu indah
mengikat kepalan harapan ditangan kita
tangan-tangan yang akan memainkan melodi yang harmoni
yang tak akan berhenti berbunyi
walau terik membakar
yang bunyinya akan mengalah suara hujan
serta merta guntur dan petir yang dibawanya
melodi yang sama yang akan melewati masa
melodi yang lahir dari tangan kita

Bukittinggi 1april O9

Selasa, 20 April 2010

Abu Kemaren

Ramadhani

Mata-mata dimana mata beradu
Beradu dalam keraguan yang makin tak menentu
Menatap sayup mata-mata yang membelenggu
Memasung jiwa, merantai asa ,disekap dalam tatapan semu
Dikala kehangatan hati tak mampu mencairkan otak yang beku
Atau hati yang telah beku saat otak mulai meragu
Mata-mata dimata mata beradu
Mempertanyakan perihal masa lalu
Perihal dosa-dosa yang tergurat diwajah lesumu
Dan tangan jadahmu yang tak terbelenggu
Mengais-ngais tumpukan nista dimana mata-mata beradu
Walaupun ujung kukumu menjerit pilu

Minggu, 18 April 2010

*Tak Berjudul

.........
oleh Ramadhani


Teriakan Nurani
Dia berteriak lantang di pagi hari
Hanya saja yang mendengar
Cuma hatinya sendiri
Teriakan yang menggetarkan cakrawala
Dunia-dunia pagi yang masih terlelap
Habis dibuai malam
Terdapat suara pilu nan miris
Bila kau dengar dengan hati-hati
Kalau kau bisa pakai hatimu
Tapi sayangnya kau apalagi aku,,,
Tak bisa apa-apa kecuali diam
Karna ya,,, Cuma hanya hatinya saja
Kiranya sudah tahunan teriakan itu
Keluar menggelegar dari pita hati
Hendak memberitahu dunia-dunia pagi
Apalagi tentara siang yang membangkang
Yang kerap mengira dia sudah gentar
Kau dan aku mungkin saja salah tentang ini
Tapi, Hanya saja dia masih berdiri tegap
Dengan kaki-kaki yang sama
Dan genggaman yang kokoh
Mengguncang pagi nan tenang
Membuat murka tentara siang
Lalu kemudian bersembunyi tidak jauh
Selonjoran di selangkangan malam
Berlipat daun telinga dibawah kepala
Mananti untuk berteriak lagi