Selasa, 09 Februari 2010

Simphoni 5 Nada (Bagian I)

Dimulai dari entah,

Si bisu yang menyanyi dalam hati.

Dari langkah di petang hari,

Semoga ada cahaya bulan untuk penerang.

Jika saja tidak, mungkin kata sesat bukanlah

Ke-naif-an sahaja.


-----
Ada banyak hal yang mungkin tak bisa untuk diuraikan,
tapi belakangan, dia sadar kalau begitu banyak
hal pula yang bisa dibagi dengan senyuman.
Sejak lama, dia sembunyi dengan kekosongan, kesepian, dan kemunafikan.
Semuanya seperti kesatuan yang tak bisa dipisahkan.
Kesepian seperti teman teman yang tak terpisahkan,
dari mata yang mudah sekali basah dalam menahan perasaan.
Kesepian adalah labuhan segala ketidakberdayaan untuk mengungkap satu saja ucapan.
Untuk member sedikit celah bagi perasaan yang terkungkung.
Tapi dia amat pelit, karena kesepian mengajarkannya begitu.
Dia melangkah dalam bimbang, bukan karna tak ber-Tuan tapi dalam suatu kesadaran.
Ingin mengayun kaki lebar- lebar, tapi kakinya pendek.
Ingin memeluk erat- erat, tapi tangannya tak sampai.
Ingin merengkuh dalam- dalam, sedang ia dan kebekuan adalah satu.
Bagaimana mengungkapkan kedinginan pada malam, toh ia lebih tahu rasanya.
Di satu sudut berbeda, kebimbangan bukanlah untuk menarik pijakan dari harapan.
Matahari tak ada dimalam hari, tapi bulan juga punya cahaya.
Meski angkuhnya tak melenakan, tapi temarannya menentramkan.
Pun, tak selamanya panas memekarkan bunga- bunga,
tapi kadang ia menghempaskan buih- buih, maka itulah perlunya hujan.
Membuka putik yang layu, menghantarkan putik ke benang sari.
Hingga harumnya mimpi- mimpi melampaui celah- celah angin.
Dan, dia melangkahlah. Sedikit jiwa seutuh raga. Entah adalah tak berjawab.
Walau waktu memendam iba, tapi imbalan untuk setiap detiknya,
ada nada- nada senyuman.
Telah engkau petik ia dan engkau diberinya kebebasan untuk sebuah keterangan.
Asalkan jalan tak henti, asalkan langkah tak mundur, maka kebimbangan bukan alasan untuk berhenti dan diam. Kekosongan dan kemunafikan adalah kerelatifan.
Bersandar pada penglihatan yang sepintas dan ke-hati-hati-an,
engkau dan dia.
Bukankah mimpi terbang lewat angin,
Sedang ia berkelana entah siang atau malam.
Maka, ikutilah ia dengan raga.
Pada masanya, jiwa adalah pembiasaan.
Karna waktu akan berjawab dengannya.
----


*chatrine
20/01/2010: hari terakhir uas smt 5 “,

Award Pertama

Rupanya Blog Cermin yang sederhana ini telah diberi sebuah Award oleh Moody ninneta.
Ini award pertama yang Cermin terima. Jadi, terimakasih banyak buat Ninneta. Berikut awardnya kami pajang.



Sekali lagi terimakasih pada Ninneta.

Rabu, 03 Februari 2010

TO THE CINGKUK LAND

Fatris Mohammad Faiz

Melakukan perjalanan menyusuri jalan berliku ke pesisir selatan di awal tahun ini tentu menarik. Saya dan seorang teman yang hobi memotret ombak, berencana hendak berangkat mencari tempat memotret sepanjang ombak yang berdebur. Pagi sekali teman saya telah menyalakan motor, berarti rencana yang kami buat dari semalam akan segera kami laksanakan: ke Cingkuk.

blog

Deru mesin motor meraung sudah. Meyusuri jalan menanjak, menurun, tikungan setengah lingkaran yang kerap berpasir dan berlobang. Dari Teluk Bayur yang sibuk, samudera Hindia membentang luas di kanan, dan deretan dingin Bukit Barisan menjulang di sebelah kiri. Kabut tipis turun menerpa kaca helmet yang menutup wajah dan kepala kami.